Tanda Telah Menjadi Toxic Mom Terlalu kritis – Memberikan kritik membangun tentu baik untuk anak, tetapi tidak demikian jika kritik yang diberikan sudah berlebihan. Bukannya mengkritik, toxic-mom cenderung untuk sering menyalahkan segala hal yang telah dilakukan anak. Anak juga butuh diapresiasi lho, jika usahanya belum maksimal, lebih baik bantu ia mencari solusi, bukan hanya mengkritik...
Article7 Tanda Telah Menjadi Toxic Mom Untuk Si Kecil

Tanda Telah Menjadi Toxic Mom
- Terlalu kritis – Memberikan kritik membangun tentu baik untuk anak, tetapi tidak demikian jika kritik yang diberikan sudah berlebihan. Bukannya mengkritik, toxic-mom cenderung untuk sering menyalahkan segala hal yang telah dilakukan anak. Anak juga butuh diapresiasi lho, jika usahanya belum maksimal, lebih baik bantu ia mencari solusi, bukan hanya mengkritik tanpa alasan jelas.
- Menjadikan anak sebagai lelucon – “Anak saya yang gendut itu kalau makan rakus banget, persis sapi di peternakan!” Itu adalah contoh lelucon yang sering dilontarkan toxic-mom. Padahal, tidak ada yang lucu dengan menjadikan anak sebagai bahan lelucon. Jika Anda ingin menyampaikan kekhawatiran Anda tentang kekurangan pada diri anak, sampaikan dengan jujur dan tanpa mengkritik berlebih, bukan dengan menjadikannya lelucon.
- Membatasi emosi anak – Semua manusia memiliki berbagai emosi, baik yang positif maupun negatif. Setiap anak berhak dan perlu mengenal cara menunjukkan emosi. Sayangnya, toxic-mom sering kali membatasi atau melarang anak meluapkan emosi negatifnya, seperti dilarang menangis, marah, panik, dan bingung. Mengutip Life Hack, mengabaikan perasaan dan emosi negatif anak justru bisa membuat ia depresi lho, Moms. Anak yang depresi justru akan lebih sulit untuk menguasai cara tepat menunjukkan emosi negatif di kemudian hari. Jangan kaget kalau kelak emosinya sering meletup-letup.
- Mementingkan perasaan diri sendiri – Seorang toxic-mom sering mengutamakan perasaan dirinya sendiri tanpa memikirkan perasaan anak dan anggota keluarga lainnya. Ya, kami mengerti, umumnya ibu memang pemberi keputusan, mulai dari menu makan malam hingga destinasi liburan, tapi bukan berarti perasaan anak harus dikesampingkan.
- Mengekang – Entah mengekang pilihan permainan, mengekang tidak boleh bermain ke luar rumah, hingga mengekang kebebasan anak untuk beropini, semua bentuk pengekangan seperti itu adalah sikap toxic yang sebaiknya dihindari, karena dampaknya sangat buruk bagi anak. Mengekang anak dapat membuatnya sulit membuat keputusan, beropini, dan tidak percaya diri mengeluarkan gagasan karena takut ditolak.
- Silent treatment – Ini adalah menghukum anak dengan tidak mengajaknya berinteraksi sama sekali. Mungkin sulit untuk berbicara dengan anak saat Anda sedang marah besar, tetapi menerapkan silent treatment bisa berdampak buruk. Perlakuan pasif-agresif ini bisa merusak hubungan ibu-anak karena anak merasa tertekan untuk menyelesaikan masalah. Jika Anda sedang marah dan kesulitan berbicara dengan baik, tenangkan dulu diri Anda dan tarik napas dalam-dalam. Setelah lebih tenang, ajak anak bicara dari hati ke hati. Jangan hanya mendiamkan anak tanpa membuatnya tahu apa salahnya dan apa yang harus diperbaiki.
- Menakutkan – Untuk memupuk rasa hormat dan disiplin, bukan berarti anak harus takut pada orang tuanya. Hanya orang tua dengan sikap toxic yang memilih pola asuh menakutkan untuk membuat anak hormat dan disiplin. Ingat, hormat dan takut bukan sikap yang saling berkaitan. Sikap dan kebiasaan menakutkan memberi dampak negatif yang permanen pada anak. Padahal sikap saling menghormati akan lebih mudah diajarkan dengan memberikan contoh, bukan ancaman.